Hannibal Lecter menjadi sedemikian keji
karena semasa kecil ia pernah menyaksikan beberapa tentara kelaparan semasa
perang yang memakan adiknya, Mischa. Tentara-tentara itu sudah tak punya
makanan lagi. Kebengisan mereka "menular" kepadanya akibat dendam.
Di dalam Hannibal Rising dikisahkan kalau ulah para tentara rakus nan bengis
pada Mischa sering hadir dalam mimpi-mimpi Hannibal. Ia sangat menyayangi
Mischa. Mimpi-mimpi itu, dipadu dengan kebencian, berbuntut pada pembalasan
dendam yang tak kalah keji pada tentara-tentara itu.
Dendam itu manusiawi. Kita bahkan mungkin
turut bersorak-sorak ketika seorang tokoh protagonis di film berhasil membalas
dendam. Namun, sadarkah kita bahwa menyimpan dendam akan membuat kita tak
waras? Seperti Hannibal, ia dapat tampil romantis, namun sekaligus kanibal.
Apa pun kesalahan orang lain di masa lalu,
ampunilah. Pembalasan adalah hak Tuhan. Jikalau kita tidak mau mengampuni, maka
-- walaupun tak sekeji Hannibal -- kita akan menjadi pribadi yang mempunyai dua
jiwa yang berbeda. -- Sidik Nugroho
"Masa depan yang cerah berdasarkan
pada masa lalu yang telah dilupakan. Anda tidak dapat melangkah dengan baik
dalam kehidupan sampai dapat melupakan kegagalan dan rasa sakit hati."
~ Anonim ~