Salah satu yang menarik adalah bahasan tentang depresi. Di sana dikatakan bahwa yang paling besar porsinya dalam membentuk depresi di diri seseorang adalah sebuah faktor B. Apa itu?
Faktor A adalah kejadian, B adalah persepsi, dan C adalah depresi. Seorang istri yang suaminya kurang perhatian lagi padanya (A), dapat membuat persepsi bahwa dirinya kini tak menarik lagi (B), sehingga dia kemudian depresi (C). Begitu kira-kira.
Jadi, yang salah bukanlah apa yang terjadi. Yang salah adalah persepsi, asumsi, pendapat, interpretasi kita, atau apalah nama dan istilahnya -- intinya sesuatu yang kita buat sendiri dengan diawali atau disebabi sebuah peristiwa dalam hidup kita.
Bagaimana? Selama ini apakah kita masih sering mudah berpikiran negatif? Saya tidak mengajak Anda untu berpikiran positif -- karena berpikir positif tak banyak membantu kalau kenyataan yang ada memang negatif. Berpikirlah konstruktif dan objektif. Ketika kita mudah menafsirkan hal yang tampak buruk sebagai sesuatu yang benar-benar buruk, maka benak kita akan selalu dipenuhi dengan hal-hal yang buruk. Padahal, Tuhan itu baik, di dalam segala sesuatu Ia turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, bukan keburukan. -- Sidik Nugroho
"Yakinkanlah, bahwa kehidupan yang Anda kejar, cukup berharga untuk diperjuangkan sampai mati."
~ Charles Mayes ~