January 15, 2014

Gelandangan yang Visioner

Republik Indonesia dibangun oleh bapak-bapak bangsa yang visioner. Salah satunya, yang tak begitu tersohor adalah Tan Malaka. Ia seorang penyendiri, suka menulis. Salah satu buah pikirnya yang terkenal, Madilog (Materialisme Dialektika Logika), ditulis di Rawajati, di sebuah gubuk bambu berukuran 15 meter persegi. Tan menulisnya dari pukul 6 pagi sampai 12 siang, dari tanggal 15 Juli 1942 sampai 30 Maret 1943. Ia sering mencari rujukan di Museum Nasional yang ditempuh 4 jam kalau berjalan kaki.

Jauh sebelum Indonesia merdeka, karya-karya Tan tentang Indonesia dipublikasikan dengan luas. Sebuah karyanya, Aksi Massa, menjadi karya yang menginspirasi Soekarno. Karya itu juga menginspirasi W.R. Supratman saat menulis lagu "Indonesia Raya". Hidup Tan mirip gelandangan. Ia sering diburu sehingga harus berpindah-pindah tempat dan sering menyamar.

Saat ini, zaman ketika reality show menjadi tayangan kesukaan banyak orang, ajang mencari bakat, mencari jodoh, hingga memasak -- semua ditayangkan. Rahasia kehidupan pribadi diumbar dengan cara-cara yang kadang kelewatan dalam tayangan gosip atau jejaring sosial. Ketika Musa menghadapi bangsa Israel yang payah, Ia naik ke atas gunung, menyendiri. Ia menghadap Allah, memohon hikmat-Nya untuk jutaan orang yang terhampar di padang gurun.

Dalam kehidupan yang ingar-bingar seperti sekarang ini, setiap tindakan kecil pun ingin diketahui oleh orang lain. Kesendirian -- benar-benar sendiri -- adalah hal yang makin asing saat ini. Orang-orang mungkin lupa, atau tidak tahu, tidak sedikit pencapaian hebat manusia yang diraih saat ia sedang menyendiri. -- Sidik Nugroho

"Kalau Anda menganggur jangan menyendiri, kalau Anda menyendiri jangan menganggur." 
~ Samuel Johnson ~

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.