January 14, 2014

Rezeki Waktu Subuh

Suatu ketika saya naik becak dari stasiun Blimbing, Malang, ke rumah saya. Jaraknya sekitar 3 sampai 4 kilometer. Tukang becak agak santai mengayuh becak, dan kami pun berbincang-bincang tentang diri kami masing-masing. Ia berasal dari Pasuruan, sekarang dia tinggal di rumah kos bersama istri dan anaknya yang masih kecil di kecamatan Pakis, dekat taman rekreasi Wendit di Malang. Ia bercerita kalau dulu bekerja di pabrik susu sebagai karyawan outsourcing. Setelah kontrak pekerjaannya tak diperpanjang, ia mencoba melamar ke beberapa pabrik lain. Namun, tak ada yang mau mempekerjakannya.

"Rezeki saya yang paling utama ya dari pasar Blimbing ini, Mas," katanya. "Tiap subuh selalu ada yang naik becak untuk berjualan di pasar. Kalau sudah siang, atau malam, agak sepi."

Pada umumnya manusia bekerja siang hari, saat hari masih terang. Namun, bagi beberapa orang, jam-jam kehidupan berlaku terbalik: mereka bekerja waktu malam dan beristirahat waktu siang. Seperti tukang becak ini, dan banyak orang lainnya di pasar-pasar tradisional. Semangat hidup dan kerajinan mereka bukan hal yang mudah untuk ditiru. Apalagi di Malang, hawa subuh lumayan dingin. Lebih banyak orang suka berlindung di balik selimut bila masih subuh dan melanjutkan mimpi yang indah.

Mungkin, selama ini Anda mendapatkan uang dengan cara yang mudah. Tak perlu ngoyo, kehidupan Anda baik-baik saja. Tapi, bagi beberapa orang yang lainnya, rezeki harus didapatkan dengan memeras keringat dan membanting tulang. Nah, sudahkah kita bersyukur untuk setiap rezeki dan kebaikan yang ada selama ini? -- Sidik Nugroho 

"Ada orang yang bekerja keras tapi bergaya hidup sederhana, ada orang yang tak suka bekerja tapi bergaya hidup mewah."