February 5, 2014

Pekerjaan yang Kudus

Suatu ketika, saat mengajar murid-muridnya tentang pekerjaan, seorang guru terkejut sekaligus geli ketika mendengar seorang anak muridnya yang bercita-cita menjadi bos atau pejabat. Ada celetukan: "Jadi pejabat? Wah, tukang korupsi tuh!" Dari pembicaraan di dalam kelas, pekerjaan yang dinilai baik oleh para siswa adalah dokter, guru, tentara, atau biarawan. Televisi dan media-media lain telah membuat citra seorang pejabat menjadi begitu buruk di mata anak-anak.

Tentang hal ini, Tozer menulis dengan sangat baik dalam bukunya yang terkenal, Mengejar Allah: "Bukan apa yang dilakukan seorang manusia yang menentukan apakah pekerjaannya kudus... melainkan mengapa ia melakukannya. Motif adalah segala-galanya. Biarlah seorang manusia menguduskan Tuhan Allah dalam hatinya dan setelah itu ia bisa melakukan perbuatan yang tidak biasa."

Jadi, sebuah pekerjaan yang kudus, pada akhirnya bukan diukur dari apa pekerjaan itu dan seberapa banyak uang yang dihasilkan dari situ. Pekerjaan yang kudus berbicara tentang hati yang gembira saat bekerja -- juga integritas, damai sejahtera, dedikasi, dan totalitas hidup seseorang di dalamnya.

Bila Anda gembira, Anda akan rajin bekerja, tapi tidak lupa juga untuk bersyukur. Anda hidup penuh visi, target, dan rencana -- tapi tidak melupakan firman Tuhan yang menjaga hati dan menguji niat Anda dalam seluruh hal yang Anda rancang dan kerjakan. Apa pun pekerjaan itu, biarlah melaluinya Anda bisa mempersembahkan pengabdian yang terbaik kepada Allah. -- Sidik Nugroho

"Pekerjaan menjadi penting karena nilai-nilai kehidupan yang diperjuangkan di dalamnya, bukan semata-mata uang."

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.