February 4, 2014

Memperjuangkan Kebersamaan

Saat bapak saya berulang tahun ke-63, beliau bercerita dan menyampaikan wejangan tentang beberapa hal. Salah satunya adalah pentingnya kebersamaan dalam keluarga. Saat mendengar wejangan, saya teringat pada saat-saat dulu beliau bekerja. Lebih dari tigapuluh tahun bapak saya bekerja, dan beliau sering ditempatkan di kota lain saat dinas. Saat kami sekeluarga di Malang, misalnya, beliau dinas di Surabaya, Blitar, dan Probolinggo. Ketiga kota itu rata-rata ditempuh satu setengah hingga dua jam dari Malang menggunakan bis. Tiap pagi, sekitar jam enam, beliau sudah berangkat bekerja. Dan, hampir tiap sore bapak pulang ke rumah.

Pengorbanan bapak saya untuk memperjuangkan kebersamaan bersama keluarga tampaknya sederhana, tapi membutuhkan tekad yang besar. Memperjuangkan kebersamaan mungkin tak seheroik memperjuangkan kemerdekaan; tapi energi, kesabaran, dan biaya yang dibutuhkan tidaklah kecil.

Yesus menyadari hal ini sepenuhnya saat hidup bersama dengan murid-murid-Nya. Ia ditinggal tidur oleh murid-murid-Nya saat Ia meminta mereka berjaga-jaga. Murid-murid-Nya pernah meributkan siapa yang terbesar di antara mereka. Bahkan ada yang menjadi pengkhianat, menyerahkan Yesus untuk disalibkan.

Kebersamaan mungkin terdengar indah dalam puisi, namun begitu penuh gejolak dalam kehidupan sehari-hari. Sumber konflik lebih banyak disebabkan dari kebersamaan, bukan kesendirian. Namun, pada akhirnya, sebuah kebersamaan yang baik akan melahirkan kenangan yang baik. -- Sidik Nugroho

"Kebersamaan tak selalu membahagiakan, namun dapat membuat kita mengerti pemikiran orang lain, belajar mengampuni, dan bertoleransi."