February 1, 2014

Terlalu Mengasihani Diri

Dulu, saya pernah mengalami persoalan yang cukup berat sebagai seorang anak muda: PHK, alias Putus Hubungan Kasih, alias ditinggal pacar. Cukup lama waktu yang saya habiskan untuk memulihkan diri karena saat itulah saya merasakan membaurnya benci dan sayang. Ya, saya rasa anak muda umumnya akan mengaku dirinya ada dalam masalah besar ketika hal ini terjadi. Bahkan ada yang bunuh diri ketika mengalaminya.

Saya pernah mendengar cerita lain dari anak sekolah minggu saya kalau neneknya sulit menjemput kematiannya karena hatinya dipenuhi dendam pada seseorang. Ia selalu menggeram dengan marah seumur hidupnya ketika menyebut nama orang itu. Ia tak bisa mengampuni.

Masalah-masalah seperti mengampuni dan merelakan tak kunjung hilang karena kita tanggapi dengan cara mengasihani diri sendiri dengan kelewatan. Hal ini kontras dengan kebaikan yang Tuhan berikan kepada kita setiap pagi. Kasih-Nya yang tak berkeputusan semestinya membuat kita bersyukur dan meninggalkan kesusahan, luka, dan dendam di hati kita.

Kita perlu sadar bahwa setiap orang punya kesusahannya sendiri-sendiri. Saat kita melintas di pasar atau sebuah kerumunan yang berisi orang-orang yang tidak mengenal kita, siapa yang peduli dengan persoalan yang kita hadapi? Atau, pernahkah kita juga peduli dengan masalah orang-orang yang tidak kita kenal dalam kerumunan itu?

Kita memang berharga di mata-Nya. Tapi keberhargaan itu tak lantas membuat kita mengasihani diri sendiri karena merasa terlalu berharga, sehingga saat mengalami penderitaan kita kerap merasa sebagai orang yang paling malang di muka bumi. -- Sidik Nugroho

"Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Kekhawatiran tak membuat hidup kita sehasta lebih panjang."

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.