February 7, 2014

Sendirian Hingga Kapan?

Into the Wild adalah sebuah film yang diangkat dari buku nonfiksi karya Jon Krakauer, mengisahkan pergulatan batin seorang pemuda bernama Christopher McCandless (Emile Hirsch) setelah lulus kuliah. Chris adalah seorang yang keranjingan membaca. Ia hidup "bersama" Leo Tolstoy, Jack London, Henry David Thoreau, dan lainnya. Karya-karya mereka menghantui benaknya, menjadi dasar idealismenya.

Setelah kuliah, uang tabungan yang ia miliki hanya diambilnya beberapa dolar. Bagian yang lebih besar, 24.000 dolar, ia sumbangkan untuk anak yatim piatu. Dengan beberapa dolar yang dimilikinya, ia mengambil sebuah keputusan radikal: mengembara hingga ke kutub, ke Alaska. Keputusan ini tak diberitahukannya kepada siapa pun, bahkan kepada adik perempuannya yang sangat dekat dengannya.

Nah, sampai berapa lama Chris bertahan hidup dengan alam -- tanpa keluarga, sahabat, dan orang-orang dekat yang bisa diajak berbagi? Sampai berapa lama ia mampu melangkah sendirian? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang terus berkecamuk dalam diri saya ketika menyaksikan film ini.

Saat hidup dalam sebuah lingkungan, ada yang orang bertahan dengan idealismenya dan tersingkir; ada juga yang bertahan dalam idealismenya lalu mempengaruhi orang lain. Namun, yang lebih banyak terjadi: banyak orang yang idealismenya pupus, kalah dengan pandangan-pandangan umum yang dipegang dalam suatu masyarakat. Nah, bagi yang ingin terus bertahan dengan idealismenya, ia mempunyai sebuah beban besar: sampai sejauh ia bisa menerima dan membiarkan orang yang tidak sejalan dengannya hidup bersama? -- Sidik Nugroho

"Hidup dengan idealisme itu baik sekaligus mencelakakan. Seni menjadi bijaksana di dalamnya adalah sampai sejauh mana orang bisa bertoleransi."