January 6, 2014

Dua Jiwa yang Berbeda

Roger Ebert, kritikus film ternama itu, pernah menyatakan bahwa Hannibal Lecter adalah tokoh yang ditakuti, namun juga disayangi. Hannibal Lecter adalah tokoh dalam film Silence of the Lambs, Hannibal, Red Dragon, dan yang terakhir Hannibal Rising. Komentar Roger Ebert tak berlebihan. Hannibal Lecter memang sangat menakutkan karena otak manusia pun dimakannya, namun ia juga disayangi karena ia amat flamboyan dan romantis.

Hannibal Lecter menjadi sedemikian keji karena semasa kecil ia pernah menyaksikan beberapa tentara kelaparan semasa perang yang memakan adiknya, Mischa. Tentara-tentara itu sudah tak punya makanan lagi. Kebengisan mereka "menular" kepadanya akibat dendam.

Di dalam Hannibal Rising dikisahkan kalau ulah para tentara rakus nan bengis pada Mischa sering hadir dalam mimpi-mimpi Hannibal. Ia sangat menyayangi Mischa. Mimpi-mimpi itu, dipadu dengan kebencian, berbuntut pada pembalasan dendam yang tak kalah keji pada tentara-tentara itu.

Dendam itu manusiawi. Kita bahkan mungkin turut bersorak-sorak ketika seorang tokoh protagonis di film berhasil membalas dendam. Namun, sadarkah kita bahwa menyimpan dendam akan membuat kita tak waras? Seperti Hannibal, ia dapat tampil romantis, namun sekaligus kanibal.

Apa pun kesalahan orang lain di masa lalu, ampunilah. Pembalasan adalah hak Tuhan. Jikalau kita tidak mau mengampuni, maka -- walaupun tak sekeji Hannibal -- kita akan menjadi pribadi yang mempunyai dua jiwa yang berbeda. -- Sidik Nugroho

"Masa depan yang cerah berdasarkan pada masa lalu yang telah dilupakan. Anda tidak dapat melangkah dengan baik dalam kehidupan sampai dapat melupakan kegagalan dan rasa sakit hati."
~ Anonim ~