February 18, 2014

Semesta dan Cinta

Ada sebuah adegan menarik dalam film A Beautiful Mind garapan Ron Howard. Waktu itu, tokoh utamanya, bernama John Nash (diperankan Russel Crowe) hendak melamar calon istrinya. Adegan itu terjadi di sebuah beranda restoran pada suatu malam yang amat cerah. Ketika ditanyai apakah ia bersedia menikah, si calon istri, Alicia (diperankan Jennifer Connelly) tak langsung menjawabnya. Ia justru bertanya balik kepada John, "Kamu tahu berapa luas alam semesta?"

John berkata, "Sangat luas."

"Dari mana kau mengetahuinya sangat luas?"

"Ya... semua bukti menyatakan seperti itu."

"Apakah kau sendiri mempunyai buktinya?"

"Tidak, aku tidak mempunyai buktinya. Tapi aku percaya, alam semesta sangat luas."

Kemudian, mereka mengaitkan bukti keluasan alam semesta dengan bukti keberadaan cinta. Alam semesta sama seperti cinta, keduanya sulit dibuktikan namun bisa diyakini. Romantis ya?

Cinta memang sulit dinalar. Karena susah dinalar, tak jarang banyak orang masih gagap dan kesulitan menerima dan mempercayai keberadaan kasih Allah. Telah banyak dosa dan penderitaan yang kita lakukan dan alami, yang mungkin membuat kita berpikir bahwa kasih-Nya kini sirna. Inilah saatnya untuk duduk diam di hadapan-Nya dan merenungkan segala kebaikan-Nya dalam hidup kita. Jikalau kita selama ini telah kehilangan, hari ini juga tersedia bagi kita kasih-Nya, yang akan membuat hidup kita berarti. Terimalah kasih-Nya dengan hati yang percaya. -- Sidik Nugroho

"Tak semua bahasa mampu mengubah hati, tapi kasih bisa."
~ Anonim ~

February 17, 2014

Mas Rohis

Saya lumayan suka pergi ke panti pijat tunanetra bila tubuh sangat lelah. Suatu hari saya bertemu dengan Mas Rohis, tukang pijat di panti pijat tunanetra Tongkat Putih di dekat rumah saya. Tak seperti tukang pijat yang lain, Mas Rohis bercerita kepada saya bahwa ia suka membuat puisi dan menulis cerita-cerita pendek. Ia juga suka membaca Gema Braille, majalah khusus para tunanetra. Beberapa tulisannya bahkan dimuat di majalah itu.

Sepanjang pertemuan itu kami bercakap panjang lebar tentang minat kami yang sama. Dia merasa senang karena menemukan pasien seperti saya. Saya juga senang, bercampur takjub. Mas Rohis meminta saya bila datang di lain waktu, saya membawakan karya-karya saya. Ia ingin saya membacakannya buatnya.

Sayang, dua minggu setelah pertemuan itu, ketika saya kembali ke panti pijat Tongkat Putih, ia telah pulang ke daerah asalnya di Madiun. Saya agak kecewa. Memang, seperti sebuah kata-kata bijak: ada seseorang yang melintas sesaat dalam kehidupan kita, namun menyisakan jejak yang terhapuskan.

Saya singkirkan kekecewaan itu, saya berupaya memetik hikmah yang penting dari pertemuan itu. Mas Rohis, walaupun buta tetap aktif berkreasi. Ini yang seharusnya direnungkan oleh kita yang tidak buta. Dengan sepasang mata ini, kita dapat menyaksikan keindahan yang Tuhan berikan. Kedua mata ini adalah aset yang luar biasa karena berpotensi untuk membantu kita menjalani kehidupan ini. -- Sidik Nugroho

"Apa yang menarik minat kita untuk dilihat sebenarnya berawal dari hati kita. Hati yang bersih mengingini tontonan dan pemandangan yang bersih."

February 16, 2014

Anak yang Dewasa

Saya pernah hadir di sebuah ibadah di mana pengkhotbahnya menyatakan bahwa kita adalah anak-anak Tuhan yang selalu disayangi-Nya. Tidak salah memang; namun sepanjang khotbah itu, saya mendapat kesan -- dari isi berikut ilustrasi khotbahnya -- bahwa kita bagaikan anak kecil yang sering berbuat salah, nakal dan lucu -- dan walaupun demikian Tuhan sayang kepada kita. Pengajaran tentang kasih Tuhan lewat khotbah itu, menurut saya tak tersampaikan secara berimbang. 

Salah satu ilustrasi yang saya dengarkan adalah seorang anak yang salah membersihkan mobil ayahnya. Ia menggunakan sikat yang terbuat dari besi ketika menggosok mobil ayahnya sambil menyabuninya. Setelah dibilas, olala... catnya banyak yang terkelupas! Ketika sang ayah melihat anaknya berbuat kesalahan, anaknya ketakutan. Tapi, setelah itu... kita semua bisa menebak akhir kisahnya: sang ayah mengampuni kesalahan si anak dan kemudian memeluknya.

Ilustrasi itu menggambarkan kasih Tuhan. Tuhan sayang kepada kita. Tuhan mencintai kita tanpa syarat. Itu benar. Namun, Tuhan juga menghendaki kita bertumbuh dan menjadi dewasa.

Tak selalu kita menjadi anak kecil di dunia ini; begitu pula secara rohani. Kepada kita Allah bukan hanya memberikan kasih sayang, namun panggilan, tanggung jawab dan kedisiplinan yang harus kita pikul dan jalani. Kita tidak boleh terus-menerus salah menggunakan sikat pencuci mobil. Mungkin ini sudah waktunya bagi kita untuk menyetir mobil itu dengan baik! -- Sidik Nugroho

"Bertumbuhlah, jadilah dewasa, nikmatilah petualangan bersama Tuhan. Janganlah terus minta disuapi, sementara kita sudah bisa mencari makan."

February 15, 2014

Menjadi Bapak Anak Terbuang

Bill Wilson adalah pendeta yang terkenal dengan buku karangannya berjudul Anak Siapakah Ini?. Saat menulis bukunya, ia telah melayani sebanyak lebih dari 20.000 anak setiap minggu dalam program-program sekolah minggunya. Kunci dari keberhasilan pelayanannya adalah kunjungan pribadi yang ia lakukan bersama staf dan relawannya. Ia menyatakan bahwa setiap anak yang hadir dalam sekolah minggu mendapatkan kunjungan pribadi paling tidak seminggu sekali. Mobilitas yang luar biasa!

Bill melayani di kawasan Brooklyn yang terkenal beringas. Namun, Bill Wilson bertahan atas semua tentangan yang ia hadapi dan melakukan perubahan di sana. Gereja yang ia bangun dan gembalakan, Gereja Metro, mendapat penghargaan sebagai Gereja Terbaik oleh majalah Guidepost yang dipimpin oleh Norman Vincent Peale.

Kita mungkin tak sama -- dan tak perlu menjadi sama -- seperti Bill Wilson: melayani di daerah kumuh dan penuh kriminalitas. Namun, seperti apa yang selalu dinyatakan Bill, dunia sekitar kita memiliki kebutuhan setiap saat; panggilan kita ditentukan dari sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi dalam suatu masyarakat.

Di tengah ketiadaan panutan di bangsa ini, rasanya banyak orang perlu bapak rohani karena membutuhkan bimbingan untuk menjadi lebih dewasa menghadapi kehidupan. Bill Wilson mampu tampil sebagai bapak bagi puluhan ribu anak walaupun ia tak menikah. Bagaimana dengan kita: maukah kita menjadi bapak (juga ibu) bagi orang lain yang memerlukan perhatian kita? -- Sidik Nugroho

"Kita hidup dengan apa yang kita peroleh, namun kita memperoleh kehidupan dengan apa yang kita beri."
~ Winston Churchill ~

February 14, 2014

"Saya Ingin Menggantikan..."

Juli 1941, seorang tahanan perang menghilang dari Auschwitz, sebuah kamp konsentrasi Nazi bagi orang Yahudi di sebelah selatan Polandia. Para tentara Nazi berang. Jika dalam waktu 24 jam tahanan itu tak ditemukan, 10 orang dari sekitar 600 orang di sana akan secara acak dipilih untuk dibunuh.

Waktu itu tiba. Seorang mantan serdadu akan turut dibunuh. Francis Gajowniczek namanya. Ketika menerima hukuman itu, Gajowniczek berteriak, "Oh anak-anakku, istriku yang malang!"

Keributan lalu muncul. Seorang pria yang dikenal suka membagi makanannya, ringkih, dan suka membimbing orang lain mengucapkan doa pengakuan dosa tampil ke depan. Ya, dia seorang imam Katolik. Dia berkata, "Saya ingin menggantikan tempat salah satu dari para tahanan ini." Dia menunjuk kepada Gajowniczek. "Yang itu."

Namanya Maximilian Kolbe. Ia seorang pemuda yang biasa hidup menderita sejak kecil.

Mereka lalu dibawa ke sel bawah tanah, di sebuah blok. Di sana para tahanan disiksa dengan tidak diberi makan dan pakaian yang layak. Hingga dua minggu, hanya empat dari sepuluh orang yang bertahan hidup. Dan Pastor Kolbe meninggal terakhir, di hari ke-15, setelah disuntik mati.

Tentang kepahlawanan, hidup, dan kasihnya, Paus berkata, "Berjuta-juta orang telah dikorbankan oleh kesombongan dari kekuasaan dan kegilaan dari rasialisme. Tetapi di tengah-tengah kegelapan tersebut bersinarlah tokoh Maximilian Kolbe. Di atas ruang kematian yang besar tersebut melayang-layanglah firman kehidupan-Nya yang ilahi dan kekal: kasih yang penuh penebusan." -- Sidik Nugroho

"Iman yang kecil akan membawa jiwamu ke surga; tetapi iman yang besar akan membawa surga ke dalam jiwamu." 
~ Charles H. Spurgeon ~

February 13, 2014

Ketika Cinta Harus Kehilangan

Mungkin tidak banyak orang yang mengenal siapa itu Mary Austin. Wanita ini pernah menjalin hubungan asmara dengan seorang penyanyi ternama. Ia adalah Freddie Mercury, vokalis band legendaris Queen. Mary Austin, seorang karyawati di sebuah butik di London, menjalin hubungan asmara dengan Freddie selama tujuh tahun.

Namun, perjalanan cinta mereka kandas di tengah jalan, entah apa sebabnya. “Cinta kami berakhir dengan air mata, tapi ikatan yang mendalam tumbuh dari itu, dan itu sesuatu yang tidak bisa diambil dari kami berdua,” kata Freddie Mercury. Di kemudian hari, ia menciptakan "Love of My Life" yang tak lekang oleh perubahan zaman — sebuah lagu tentang cinta yang hilang.

Banyak orang yang meributkan soal kehidupan pribadi Freddie Mercury, terutama soal perilakunya yang urakan. Namun, tak sedikit juga yang tidak ambil pusing dengan perilaku sang penyanyi ini — mereka menggemari karya-karyanya dengan sepenuh hati. Dan, terkait dengan Mary Austin, berita baiknya adalah mereka berdua tetap menjadi teman baik. Hingga Freddie meninggal pada 24 November 1991, hubungan baik keduanya tak terpisahkan. Mary bahkan menjadi pewaris beberapa kekayaan yang dimiliki Freddie.

Begitu banyak orang yang lebih memilih melupakan mantan kekasihnya ketika hubungan mereka kandas di tengah jalan. Tak sedikit yang menyimpan trauma dan dendam sekian lama. Ketika cinta harus kehilangan, dan tak bisa dipertahankan, hal itu memang menuntut kedewasaan seseorang untuk tetap kuat dan terus melanjutkan hidupnya. -- Sidik Nugroho

“Aku mencintaimu tanpa mengetahui bagaimana, mengapa, bahkan dari mana.”
~ Dari film Patch Adams ~

February 12, 2014

Petualangan Karena Kenangan Itu

Sepasang insan sejak kecil membangun kebersamaan hingga salah satu dari mereka meninggal. Di masa-masa mereka hidup bersama setelah menikah, kesahajaan hidup dan kesetiaan mewarnai hari-hari hidup mereka. Namun sayang, mereka tak mempunyai seorang putra. Si pria yang telah tua, suatu hari, karena kesepian yang mengusik hidupnya, akhirnya memutuskan berpetualang dengan cara yang aneh.

Ia mengikatkan ribuan balon gas pada rumahnya. Rumahnya terangkat dan petualangan ke belahan dunia lain pun bermula. Bekal dan pemantik niat si pria berpetualang adalah sebuah catatan harian peninggalan istrinya. Di sana terdapat sebuah gambar air terjun yang sangat ia harapkan untuk dikunjunginya suatu ketika. Harapan yang gagal -- si istri telah meninggal duluan.

Pada akhirnya, si pria tua berhasil sampai ke air terjun itu. Air terjun yang jauh dari tempat tinggalnya. Sebuah air terjun yang indah. Sebuah air terjun yang berhasil ia capai karena ia tak mau melupakan impian orang yang paling ia kasihi -- yang telah lama menjadi impiannya juga. Walau istrinya telah tiada, ia jelajahi dunia untuk menyatakan kasihnya.

Film kartun berjudul Up ini mengetuk naluri kita untuk senantiasa mengasihi. Kenangan akan orang yang dikasihi, dipadu dengan memori akan kebersamaan dengannya yang membuat kita tahu apa isi hati terdalamnya, ternyata membuat hidup ini amat bermakna. Ya, kebersamaan kita dengan seseorang, yang menyatukan mimpi-mimpi kita dengannya, akan menjadi hal yang paling membentuk kehidupan kita. -- Sidik Nugroho

"Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi. Cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah menyimpan dan membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan."
~ Mahatma Gandhi ~

February 11, 2014

Kenangan dalam Kehilangan

Dua tahun lalu, seorang murid saya di sekolah meninggalkan sekolah kami. Dia adalah anak yang suka bernyanyi. Ia seringkali menghabiskan waktu bersama saya saat istirahat untuk bernyanyi berbagai macam lagu. Murid ini suka sekali pada gitar; ia juga suka pada saya yang sering memainkan gitar. Ia pernah berkata pada orangtuanya untuk memiliki potongan rambut seperti saya.

Namun, suatu ketika ia harus pergi karena suatu alasan yang terlalu panjang untuk dikisahkan.

Dalam mengajar, juga mendidik tentunya, seroang guru memang tak boleh pilih-pilih -- ada anak emas atau perak. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa dari sekian ratus siswa, ada beberapa siswa yang dekat dengan saya, ada yang bahkan sama sekali tidak. Si murid yang satu ini bisa dikatakan yang paling dekat dengan saya di satu sekolah.

Nah, kehilangan seorang murid yang saya kasihi, membuat saya belajar sesuatu yang penting dalam hubungan antar-manusia.

Bahwa hidup, akan menjadi lebih hidup, bila kita bisa selalu mengisinya dengan hal-hal yang berarti selama kita hidup dengan orang lain. Itulah yang kelak akan disebut kenangan. Semua kenangan yang baik, yang indah, yang lucu, yang tak terlupakan, itulah yang akan menjadi milik kita, bila kita bisa menghargai setiap hubungan yang Tuhan anugerahkan untuk kita jalani dengan orang lain.

Dan, rasanya, itu juga hal-hal yang indah untuk menghiasi benak kita kala malam hendak tidur; atau suatu waktu, manakala kita hendak tertidur selamanya, dan tak lagi membuka mata. -- Sidik Nugroho

"Adanya kenangan membuat kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup kita tak hilang selamanya."

February 10, 2014

Cinta yang Menjadi Kenangan

Dalam buku Meniti Bianglala (The Five People You Meet in Heaven) yang ditulis Mitch Albom, dikisahkan sebuah pertemuan imajiner antara Eddie, si tokoh utama, dengan istrinya yang sudah meninggal. Mereka bertemu di surga. Di pertemuan itu, rasa kangen Eddie membuncah -- sudah sekian lama ia tak bertemu istrinya. Istrinya tampak seperti waktu ia masih muda, saat Eddie merasakan gairah cinta pertamanya. Saat mereka bertemu, ada kata-kata yang indah, yang diucapkan istri Eddie:

"Cinta yang hilang tetap cinta, Eddie. Hanya bentuknya saja yang berbeda. Kau tidak bisa melihat senyumnya... atau berdansa dengannya. Tapi ketika indra-indra itu melemah, indra-indra lain menguat. Kenangan. Kenangan menjadi pasanganmu. Kau memeliharanya. Kau mendekapnya. Kau berdansa dengannya. Kehidupan harus berakhir. Tapi cinta tidak."

Saudara, pernahkah Anda kehilangan seseorang yang betul-betul Anda cintai? Bila Anda betul-betul mencintai mereka, walaupun waktu terus berjalan dan kesibukan dalam hidup ini tak pernah berhenti, kenangan tentang mereka tetap hidup, bukan? Dan saat Anda tak bisa menghapus berbagai kenangan itu, itulah yang menjadi bukti bahwa cinta Anda masih hidup.

Kepergian orang yang dikasihi memang berat dilalui. Namun, kehidupan akan terus berjalan. Suatu saat kita pun akan pergi, dan orang-orang yang mengasihi kita akan kehilangan kita juga. Dan saat kenangan akan cinta itu tetap hidup, bersyukurlah kita, karena dalam kehidupan ini, kita memang diciptakan untuk saling mencintai. -- Sidik Nugroho

"Ketika Anda menyembunyikan pikiran buruk dalam hati Anda, akan terpancar kekuatan kelam. Pikirkan cinta, meski tak mengucapkannya, maka dunia pun akan terasa lebih terang."
~ Ella Wheeler Wilcox ~

February 9, 2014

Bukan Hanya Soal Pesona

Saya rasa banyak pria akan terpesona dengan gadis bersuara merdu, lincah, cantik, periang dan lucu. Ia adalah seorang aktris teater yang di dalam setiap pertunjukannya tampil mempesona dan membuat para penontonnya tertawa sekaligus gemas. Itulah yang ditampilkan dalam film Funny Girl yang dibintangi Barbra Streisand dan Omar Sharif. Barbra menunjukkan segenap kemampuannya yang sangat berkemilau dalam perannya sebagai Fanny Brice.

Nick Arnstein (Omar Sharif) kemudian jatuh hati padanya. Di pertemuan mereka yang pertama Nick pun tampak tak kalah mempesona. Ia tampil sebagai gentleman yang tampan. Ia sangat sopan dalam bertutur, dan menampilkan bahasa tubuh yang memikat. Segenap upayanya untuk menarik hati Fanny berhasil.

Namun, badai tiba juga. Nick, yang tak punya pekerjaan apa pun kecuali berjudi, suatu ketika mengalami krisis keuangan. Karena ia tipe pria yang selalu menjaga gengsi, ia tak mau menerima bantuan Fanny untuk terlibat dalam sebuah usaha yang dimodali oleh Fanny. Malah, Nick justru terlibat dalam penggelapan uang dan dipenjara 18 bulan.

Nick meminta Fanny untuk menceraikannya, tapi Fanny tak melakukannya. Keputusan inilah yang membuat saya merenung lagi tentang makna cinta yang sejati: komitmen. Apa pun pesona dari pasangan kita yang membuat kita tertarik di masa lalu, suatu saat dapat kita abaikan. Rasanya itu tak penting lagi. Dan cinta bukan hanya soal pesona, namun komitmen. Pada akhirnya, komitmenlah yang membuat sepasang kekasih mampu untuk tetap saling mencintai. -- Sidik Nugroho

"Seorang suami yang bijaksana dan seorang istri yang sabar berarti sebuah rumah yang nyaman dan kehidupan yang bahagia." 
~ Peribahasa Belanda ~