Sebuah buku yang memikat, yang mengajarkan
tentang makna hidup, saya baca baru-baru ini. Judulnya Selasa Bersama Morrie. Mitch Albom, pengarang kisah nyata ini
mengisahkan pertemuan-pertemuannya di beberapa hari Selasa dengan Morrie
Scwartz, mantan dosennya selama kuliah sebelum ia meninggal akibat Amyotrophic
Lateral Sclerosis (ALS). Salah satu kisah yang mengesankan adalah ketika ia
menyatakan bahwa tak ada salahnya jikalau kita menjadi nomor dua.
Kita sering menyatakan diri sebagai lebih
dari pemenang. Kita biasa berpikir kalau kita ditentukan menjadi nomor satu.
Kita seolah-olah mengharamkan kekalahan. Kita dimotivasi untuk menjadi yang
terbaik, terpintar, teratas, tertinggi, dan sederet kata berawalan ter yang
hebat-hebat lainnya. Anggapan ini ada salahnya. Ketika kita tak mencapai semua
itu, bagaimana sikap hati kita?
Di kancah dunia ini tak jarang kita kalah
bertanding. Dunia ini kejam dan kerap tak adil memperlakukan siapa saja. Namun,
itu tak semestinya membuat kita mengecilkan pengabdian kita. Oleh karena itu,
walau kita kalah atau menang, Morrie berkata: "Abdikan dirimu untuk
mencintai sesama, abdikan dirimu untuk masyarakat sekitar dan abdikan dirimu
untuk menciptakan sesuatu yang mempunyai makna dan tujuan bagimu."
Saat kita terus memberikan yang terbaik,
tapi dunia tak menjadikan kita nomor satu, tak apa-apa. Karena di dunia kita
memang diciptakan untuk tak selalu menjadi nomor satu. -- Sidik Nugroho
"Ketika hasrat akan cinta melebihi
kecintaan akan kekuasaan, maka dunia pun menemukan kedamaian."
~ Jimi Hendrix ~